Sebagai bangsa yang dikenal religius, matematika Jepang menjadi karya seni berupa tablet kayu berukir yang disebut Sangaku dan jadi penghias dinding kuil Shinto atau Buddha. Banyak dipakai sebagai persembahan untuk dewa di zaman Edo, awal abad ke-17 sampai tahun 1857.
“Tablet Sangaku mungkin yang paling unik di antara kreasi budaya dunia. Ia sekaligus adalah obyek seni, persembahan reliji, dan catatan yang bisa kita sebut sebagai matematikanya rakyat,” kata Tony Rothman dari University of Princenton.
Dia menambahkan Sangaku adalah peninggalan budaya yang layak dipertahankan dan dilindungi. “Ini mungkin hanya teka-teki silang versi Jepang era feodal, namun fungsinya menjaga pikiran mereka tetap tajam.”
Tujuan dari sangaku ada tiga: memamerkan prestasi matematika, rasa syukur kepada Buddha dan Dewa, dan persembahan agar mereka dianugerahi pengetahuan matematika yang lebih. [Sumber : http://www.apakabardunia.com/2012/11/sangaku-cara-hitung-matematika-tradisi.html%5D